Pengetahuan awal Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan sebagai akib...

Pengetahuan awal
Bisa ular (venom) terdiri dari 20 atau lebih komponen sehingga pengaruhnya tidak dapat diinterpretasikan sebagai akibat dari satu jenis toksin saja. Venom yang sebagian besar (90%) adalah protein, terdiri dari berbagai macam enzim, polipeptida non-enzimatik dan protein non-toksik. Berbagai logam seperti zink berhubungan dengan beberapa enzim seperti ecarin (suatu enzim prokoagulan dari E.carinatus venom yang mengaktivasi protombin). Karbohidrat dalam bentuk glikoprotein seperti serine protease ancord merupakan prokoagulan dari C.rhodostoma venom (menekan fibrinopeptida-A dari fibrinogen dan dipakai untuk mengobati kelainan trombosis). Amin biogenik seperti histamin dan 5-hidroksitriptamin, yang ditemukan dalam jumlah dan variasi yang besar pada Viperidae, mungkin bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri pada gigitan ular. Sebagian besar bisa ular mengandung fosfolipase A yang bertanggung jawab pada aktivitas neurotoksik presinaptik, rabdomiolisis dan kerusakan endotel vaskular. Enzim venom lain seperti fosfoesterase, hialuronidase, ATP-ase, 5-nuklotidase, kolinesterase, protease, RNA-ase, dan DNA-ase perannya belum jelas. (Sudoyo, 2006)
Bisa ular terdiri dari beberapa polipeptida yaitu fosfolipase A, hialuronidase, ATP-ase, 5 nukleotidase, kolin esterase, protease, fosfomonoesterase, RNA-ase, DNA-ase. Enzim ini menyebabkan destruksi jaringan lokal, bersifat toksik terhadap saraf, menyebabkan hemolisis atau pelepasan histamin sehingga timbul reaksi anafilaksis. Hialuronidase merusak bahan dasar sel sehingga memudahkan penyebaran racun. (de Jong, 1998)
Bisa ular dapat pula dikelompokkan berdasarkan sifat dan dampak yang ditimbul kannya seperti neurotoksik, hemoragik, trombogenik, hemolitik, sitotoksik, antifibrin, antikoagulan, kardiotoksik dan gangguan vaskular (merusak tunika intima). Selain itu ular juga merangsang jaringan untuk menghasikan zat – zat peradangan lain seperti kinin, histamin dan substansi cepat lambat (Sudoyo, 2006)

Jenis gigitan ular
Gigitan ular berbahaya jika ularnya tergolong jenis berbisa. Sebenarnya dari kira – kira ratusan jenis ular yang diketahui hanya sedikit sekali yang berbisa, dan dari golongan ini hanya beberapa yang berbahaya bagi manusia. (de Jong, 1998)
Di seluruh dunia dikenal lebih dari 2000 spesies ular, namun jenis yang berbisa hanya sekitar 250 spesies. Berdasarkan morfologi gigi taringnya, ular dapat diklasifikasikan ke dalam 4 familli utama yaitu:
·         Famili Elapidae misalnya ular weling, ular welang, ular sendok, ular anang dan ular cabai
·         Familli Crotalidae/ Viperidae, misalnya ular tanah, ular hijau dan ular bandotan puspo
·         Familli Hydrophidae, misalnya ular laut
·         Familli Colubridae, misalnya ular pohon

Untuk menduga jenis ular yang mengigit adalah ular berbisa atau tidak dapat dipakai rambu – rambu bertolak dari bentuk kepala ular dan luka bekas gigitan sebagai berikut:
Ciri – ciri ular berbisa:
·         Bentuk kepala segi empat panjang
·         Gigi taring kecil
·         Bekas gigitan, luka halus berbentuk lengkung
Ciri – ciri ular tidak berbisa:
·         Kepala segi tiga
·         Dua gigi taring besar di rahang atas
·         Dua luka gigitan utama akibat gigi taring
Jenis ular berbisa berdasarkan dampak yang ditimbulkannya yang banyak dijumpai di Indonesia adalah jenis ular :
·         Hematotoksik, seperti Trimeresurus albolais (ular hijau), Ankistrodon rhodostoma (ular tanah), aktivitas hemoragik pada bisa ular Viperidae menyebabkan perdarahan spontan dan kerusakan endotel (racun prokoagulan memicu kaskade pembekuan)
·         Neurotoksik, Bungarusfasciatus (ular welang), Naya Sputatrix (ular sendok), ular kobra, ular laut.
Neurotoksin pascasinaps seperti α-bungarotoxin dan cobrotoxin terikat pada reseptor asetilkolin pada motor end-plate sedangkan neurotoxin prasinaps seperti β-bungarotoxin, crotoxin, taipoxin dan notexin merupakan fosfolipase-A2 yang mencegah pelepasan asetilkolin pada neuromuscular junction.
Beberapa spesies Viperidae, hydrophiidae memproduksi rabdomiolisin sistemik sementara spesies yang lain menimbulkan mionekrosis pada tempat gigitan.

Patofisologi
Racun/bisa diproduksi dan disimpan pada sepasang kelenjar di bawah mata. Racun ini disimpan di bawah gigi taring pada rahang atas. Rahang dapat bertambah sampai 20 mm pada ular berbisa yang besar. Dosis racun pergigitan bergantung pada waktu yang yang terlewati setelah gigitan yang terakhir, derajat ancaman dan ukuran mangsa. Respon lubang hidung untuk pancaran panas dari mangsa memungkinkan ular untuk mengubah ubah jumlah racun yang dikeluarkan.
Racun kebanyakan berupa air. Protein enzim pada racun mempunyai sifat merusak. Protease, colagenase dan hidrolase ester arginin telah teridentifikasi pada racun ular berbisa. Neurotoksin terdapat pada sebagian besar racun ular berbisa. Diketahui beberapa enzim diantaranya adalah (1) hialuronidase, bagian dari racun diamana merusak jaringan subcutan dengan menghancurkan mukopolisakarida; (2) fosfolipase A2 memainkan peran penting pada hemolisis sekunder untuk efek eritrolisis pada membran sel darah merah dan menyebabkan nekrosis otot; dan (3)enzim trobogenik menyebabkan pembentukan clot fibrin, yang akan mengaktivasi plasmin dan menghasilkan koagulopati yang merupakan konsekuensi hemoragik (Warrell,2005).

Gejala
Racun yang merusak jaringan menyebabkan nekrosis jarinagan yang luas dan hemolisis. Gejala dan tanda yang menonjol berupa nyeri hebat dan tidak sebanding sebasar luka, udem, eritem, petekia, ekimosis, bula dan tanda nekrosis jaringan. Dapat terjadi perdarahan di peritoneum atau perikardium, udem paru, dan syok berat karena efek racun langsung pada otot jantung. Ular berbisa yang terkenal adalah ular tanah, bandotan puspa, ular hijau dan ular laut. Ular berbisa lain adalah ular kobra dan ular welang yang biasanya bersifat neurotoksik. Gejala dan tanda yang timbul karena bisa jenis ini adalah rasa kesemutan, lemas, mual, salivasi, dan muntah. Pada pemeriksaan ditemukan ptosis, refleks abnormal, dan sesak napas sampai akhirnya terjadi henti nafas akibat kelumpuhan otot pernafasan. Ular kobra dapat juga menyemprotkan bisanya yang kalau mengenai mata dapat menyebabkan kebutaan sementara. (de Jong, 1998).

Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan pada kasus gigitan ular berbisa adalah
  • Menghalangi/ memperlambat absorbsi bisa ular
  • Menetralkan bisa ular yang sudah masuk ke dalam sirkulasi darah
  • Mengatasi efek lokal dan sistemik (Sudoyo, 2006)

Usahakan membuang bisa sebanyak mungkin dengan menoreh lubang bekas masuknya taring ular sepanjang dan sedalam ½ cm, kemudian dilakukan pengisapan mekanis. Bila tidak tersedia alatnya, darah dapat diisap dengan mulut asal mukosa mulut utuh tak ada luka. Bisa yang tertelan akan dinetralkan oleh cairan pencernaan. Selain itu dapat juga dilakukan eksisi jaringan berbentuk elips karena ada dua bekas tusukan gigi taring, dengan jarak ½ cm dari lubang gigitan, sampai kedalaman fasia otot.
Usaha menghambat absorbsi dapat dilakukan dengan memasang tourniket beberapa centimeter di proksimal gigitan atau di proksimal pembengkakan yang terlihat, dengan tekanan yang cukup untuk menghambat aliran vena tapi lebih rendah dari tekanan arteri. Tekanan dipertahankan dua jam. Penderita diistirahatkan supaya aliran darah terpacu. Dalam 12 jam pertama masih ada pengaruh bila bagian yang tergigit direndam dalam air es atau didinginkan dengan es.
Untuk menetralisir bisa ular dilakukan penyuntikan serum bisa ular intravena atau intra arteri yang memvaskularisasi daerah yang bersangkutan. Serum polivalen ini dibuat dari darah kuda yang disuntik dengan sedikit bisa ular yang hidup di daerah setempat. Dalam keadaan darurat tidak perlu dilakukan uji sensitivitas lebih dahulu karena bahanya bisa lebih besar dari pada bahaya syok anafilaksis.
Pengobatan suportif terdiri dari infus NaCl, plasma atau darah dan pemberian vasopresor untuk menanggulangi syok. Mungkin perlu diberikan fibrinogen untuk memperbaiki kerusakan sistem pembekuan. Dianjurkan juga pemberian kortikosteroid.
Bila terjadi kelumpuhan pernapasan dilakukan intubasi, dilanjutkan dengan memasang respirator untuk ventilasi. Diberikan juga antibiotik spektrum luas dan vaksinasi tetanus. Bila terjadi pembengkakan hebat, biasanya perlu dilakukan fasiotomi untuk mencegah sindrom kompartemen. Bila perlu, dilakukan upaya untuk mengatasi faal ginjal. Nekrotomi dikerjakan bila telah tampak jelas batas kematian jaringan, kemudian dilanjutkan dengan cangkok kulit.
Bila ragu – ragu mengenai jenis ularnya, sebaiknya penderita diamati selama 48 jam karena kadang efek keracunan bisa timbul lambat.
Gigitan ular tak berbisa tidak memerlukan pertolongan khusus, kecuali pencagahan infeksi. (de Jong, 1998).



DEFINISI    SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS (SARS-CoV). Penderita yang terkena SARS mengalami ganggua...

DEFINISI   
SARS adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus corona SARS (SARS-CoV). Penderita yang terkena SARS mengalami gangguan pernafasan yang akut (terjadi dalam waktu cepat) dan dapat menyebabkan kematian.  SARS merupakan penyakit menular dan dapat mengenai siapa saja, terutama orang tua.
Penyakit SARS pertama kali muncul di Provinsi Guangdong, Cina Selatan pada tanggal 16 November 2002. Dalam waktu kurang lebih 3 bulan, SARS sudah menginfeksi 305 jiwa dengan kasus kematian mencapai 5 kasus. Pada saat itu, kasus tersebut dianggap sebagai radang paru-paru yang tidak khas (pneumonia atipikal). Kemudian pada Februari 2003 SARS berhasil diidentifikasi untuk pertama kalinya. Seorang dokter, bernama dr. Carlo Urbani, menemukan penyakit tersebut pada seseorang yang bepergian dari China ke Vietnam melalui Hong Kong. Pasien tersebut dan dr. Carlo akhirnya meninggal karena penyakit SARS. SARS menyebar dan menginfeksi ribuan orang di Asia, Australia, Eropa, Afrika, dan benua Amerika. Saat puncak penyebaran, kasus SARS yang baru, dapat mencapai 200 kasus per harinya.
Respon yang cepat dari seluruh dunia membantu mencegah penyebaran lebih lanjut. Setelah 7 Juni 2003, tidak ada lagi kejadian SARS yang dilaporkan terjadi. Sampai dengan tahun 2003 diperkirakan terjadi 8000 kasus SARS dengan kematian mencapai 750 jiwa. Kematian lebih banyak terjadi pada orang tua (usia diatas 65 tahun), di mana kematian dapat mencapai lebih dari 50% jumlah kasus SARS.

GEJALA
Masa inkubasi (selang waktu antara virus masuk ke tubuh sampai menimbulkan gejala) SARS berkisar antara 2-10 hari dengan rata-rata 6 hari. Gejala yang khas pada SARS adalah batuk,sesak nafas atau sulit bernafas, nafas pendek, dan demam lebih dari 38⁰C. Penyakit SARS memiliki 3 fase perkembangan gejala. Pada fase pertama (terjadi dalam minggu pertama setelah infeksi), pasien akan merasakan gejala seperti influenza, antara lain demam, badan terasa lemah, nyeri otot, kaku pada seluruh tubuh atau menggigil, dan sakit kepala.
Penyakit SARS akan semakin berkembang sehingga pada minggu kedua pasien mulai merasakan gejala yang lebih hebat dan masuk ke dalam fase kedua. Gejala yang dirasakan adalah batuk (umumnya kering tanpa dahak), sesak nafas, dan diare.  Diare yang diderita pasien adalah diare dengan jumlah yang banyak dan cair tanpa lendir dan darah. Pada minggu kedua tingkat oksigen yang terlarut dalam darah (saturasi oksigen) mulai menurun.
Pada fase ketiga, terjadi gangguan pernafasan yang berat sehingga pasien memerlukan bantuan pernafasan melalui alat ventilator. Pada fase ini, umumnya terjadi komplikasi berupa septis (infeksi dimana kuman penyebab beredar dalam aliran darah), kerusakan organ tubuh, dan kematian.
Pada orang tua yang terkena SARS, akan muncul gejala-gejala yang tidak khas seperti demam dan penyakit sekunder (disebabkan infeksi dari kuman lain) seperti radang  jaringan paru-paru (pneumonia).  Gejala tidak khas juga muncul pada pasien dengan penyakit lain, seperti diabetes mellitus (kencing manis),tekanan darah tinggi (hipertensi), penyakit jantung iskemik (penyakit jantung akibat jantung kekurangan oksigen), dan penyakit penyerta lainnya.
Pasien anak-anak yang terkena penyakit SARS, umumnya lebih jarang dibandingkan dewasa. Gejala SARS yang timbul pada anak-anak juga lebih ringan dibanding pasien dewasa. Selain itu, anak-anak lebih cepat sembuh dibandingkan orang dewasa. Namun, saat ini belum diketahui alasan SARS lebih ringan pada anak-anak dibandingkan dewasa.
Penyakit SARS yang mengenai wanita hamil meningkatkan risiko kehilangan atau kematian janin pada awal kehamilan. Bila infeksi SARS terjadi pada akhir kehamilan, maka risiko kematian ibu lebih tinggi dibandingkan tanpa infeksi SARS. Untuk mengetahui penyakit SARS, seseorang dengan gejala di atas akan menjalani beberapa pemeriksaan, seperti pemeriksaan foto rontgen thorax (rontgen dada), pemeriksaan darah, dan pemeriksaan virus. Tidak ada satu tes pun yang dapat langsung mendeteksi SARS dengan ketepatan yang tinggi. Komplikasi yang terjadi akibat SARS adalah sepsis, gagal nafas, gagal jantung, gagal hati, dan kematian.

PENYEBAB
Penyakit SARS disebabkan oleh kelompok virus corona, yang merupakan penyebab influenza. Diperkirakan virus ini bermula dari penyebaran melalui hewan mamalia ke manusia di China. Penularan virus terjadi secara airborne (melalui perantara udara), kontak yang erat dan kontak langsung dengan alat yang terkontaminasi.
Yang dimaksud dengan kontak erat adalah tinggal bersama dengan pasien, atau mempunyai kemungkinan melakukan kontak dengan cairan tubuh pasien. Contoh seperti berciuman, menggunakan alat makan bersama, berbicara dalam jarak dekat (dalam jarak 1 meter).
Saat ada pasien SARS batuk atau bersin, partikel virus ikut berterbangan. Apabila partikel virus ini dihirup oleh orang yang sehat, maka tertularlah orang tersebut dengan SARS. Kontak langsung dengan barang yang telah terkontaminasi juga dapat menularkan SARS, karena virus SARS dapat bertahan sampai kurang lebih 6 jam. Virus SARS ditemukan juga pada kotoran manusia, dan dapat bertahan hingga puncaknya pada hari ke-13 sampai 14. SARS dapat ditularkan melalui kotoran namun lebih jarang terjadi.
Pada orang yang dicurigai terkena SARS, ditanyakan mengenai riwayat bepergian ke tempat dengan kasus SARS, riwayat kontak dengan pasien SARS, riwayat pekerjaan, dan riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya. Walaupun tidak ditemukan riwayat yang positif, penyakit SARS tidak dapat disingkirkan begitu saja.
Masih ada beberapa pertanyaan seputar penularan SARS sampai saat ini. Selama wabah SARS pada tahun 2002-2003, ternyata tidak semua orang yang kontak dengan pasien SARS ikut menderita SARS. Selain itu, pada beberapa kasus penderita SARS ternyata tidak ditemukan riwayat kontak sebelumnya. Dengan demikian, bila dibandingkan dengan penyakit lain yang ditularkan melalui udara (seperti influenza), penyakit SARS merupakan penyakit dengan tingkat penularan menengah.
Virus SARS bukan virus yang mudah menular. Penularan SARS membutuhkan pasien yang infeksius (pasien yang dapat menularkan) dan suatu komunitas yang dekat (seperti pekerja fasilitas kesehatan, kelompok travel, kelompok keagamaan, atau interaksi dekat seperti berpelukan dan berciuman). Beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang lebih mudah terinfeksi SARS, yaitu usia tua, infeksi hepatitis B sebelumnya, penyakit diabetes mellitus (kencing manis).

PENGOBATAN
Seseorang yang sudah positif terkena SARS, maka penderita harus diisolasi di rumah sakit. Pengobatan yang diberikan berupa antibiotik, antivirus, anti peradangan golongan steroid, oksigen, dan bantuan pernafasan. Walaupun antibiotik digunakan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan oleh bakteri, namun aintibiotik yang memiliki spektrum luas (menyerang beberapa jenis bakteri) umum digunakan dalam pengobatan SARS. Pengunaan antibiotik untuk mengatasi terjadinya radang jaringan paru-paru (pneumonia). Antivirus yang digunakan dalam pengobatan SARS adalah Ribavirin. Namun kegunaan dan efek samping dari Ribavirin masih diperdebatkan.
Pasien dengan SARS umumnya mengalami gejala depresi dan cemas. Begitu pula dengan keluarga pasien. Faktor psikologi seperti ini juga penting diperhatikan, sehingga dibutuhkan dukungan dan konseling bagi pasien dan keluarga. SARS adalah penyakit infeksi yang menular, walaupun tingkat penularannya sedang, dan perlu dilakukan pencegahan untuk menghindari terjadinya wabah kembali. Sampai saat ini belum ada vaksin untuk pencegahan infeksi virus SARS. Cara pencegahan paling efektif adalah memutus rantai penularan. Pada sebagian besar kasus, SARS menular dengan kontak yang sangat dekat, sehingga pencegahan yang tepat adalah dengan melakukan isolasi pada pasien yang terinfeksi.
Mneghindari dan mengurangi kontak dengan pasien SARS menurunkan risiko tertular. Tindakan pencegahan lain yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan dengan sabun, menutup mulut saat batuk dan bersin atau menggunakan masker, tidak berbagi alat makan dan alat lain dengan orang lain, dan menggunakan sarung tangan bila akan melakukan kontak dengan cairan tubuh seseorang.
Nasihat penting bagi para wisatawan (travelers) dalam mewaspadai SARS adalah berhati-hati bila merasa gejala utama SARS (demam  lebih dari 38⁰C, batuk kering, dan susah bernafas) dan ada riwayat bepergian ke tempat dengan kasus SARS dalam kurun waktu 10 hari terakhir. Tempat-tempat tersebut antara lain China, Kanada, Hong Kong, Taiwan, Vietnam, Singapura, dan Amerika Serikat. Konsultasikan dengan dokter apabila gejala-gejala di atas terjadi.

THALASEMIA ADALAH Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan yang mana tubuh tidak memproduksi cukup hemoglobin sehingga mengakibat...

THALASEMIA ADALAH

Thalasemia adalah kelainan darah yang diturunkan yang mana tubuh tidak memproduksi cukup hemoglobin sehingga mengakibatkan jumlah hemoglobin di dalam tubuh sedikit. Hemoglobin adalah protein pembentuk sel darah merah yang berguna untuk mengikat oksigen dan membawanya ke seluruh tubuh. Saat tubuh kekurangan hemoglobin, sel darah merah tidak bisa berfungsi dengan baik dan hanya dapat hidup untuk waktu yang pendek. Karena sedikitnya sel darah merah sehat yang beredar ke seluruh tubuh, maka oksigen yang diantarkan ke seluruh tubuh tidak cukup dan mengakibatkan seseorang terkena anemia dengan gejala mudah merasa lelah, lemah, dan bahkan sesak napas. Orang dengan thalasemia dapat mengalami anemia ringan ataupun berat. Anemia berat dapat mengakibatkan kerusakan organ dan mengakibatkan kematian.
Terdapat beberapa tipe thalasemia yang dibagi berdasarkan bagian spesifik hemoglobin yang terkena dan keparahan thalasemia atau jumlah gen yang termutasi. Berdasarkan bagian spesifik hemoglobin yang terkena, thalasemia dibagi menjadi thalasemia alpha dan beta, sedangkan berdasarkan keparahan thalasemia atau jumlah gen yang termutasi, thalasemia dibagi menjadi carrier, minor, intermedia, dan major. Terkadang thalasemia memiliki nama lain, seperti anemia Cooley (thalasemia beta major).

GEJALA

Tanda dan gejala anemia muncul tergantung dengan tipe dan keparahan thalasemia. Bentuk paling berat dari thalasemia adalah thalasemia alpha major yang biasanya mengakibatkan bayi meninggal sebelum atau sesaat setelah dilahirkan. Sedangkan untuk seseorang yang hanya menjadi carrier thalasemia, biasanya tidak memiliki gejala. Beberapa bayi dapat menunjukan tanda dan gejala saat baru lahir, sementara yang lainnya baru muncul gejala saat 2 tahun pertama kehidupan. Gejala umum thalasemia antara lain:
  • Mudah lelah;
  • Lemah;
  • Terlihat pucat;
  • Warna kulit kekuningan (jaundice);
  • Kelainan bentuk tulang wajah;
  • Pertumbuhan yang lambat;
  • Pembengkakan perut akibat pembengkakan limpa;
  • Urin yang berwarna gelap.

PENYEBAB

Hemoglobin terbuat dari 2 protein, alpha globin dan beta globin. Thalasemia terjadi saat terdapat kerusakan pada gen yang membantu pengaturan produksi salah satu protein tersebut. Tipe thalasemia tergantung dari bagian spesifik hemoglobin yang terkena dan jumlah gen yang mengalami mutasi yang diturunkan dari orang tua.
Thalasemia alpha
Terdapat 4 gen yang terlibat dalam pembentukan rantai hemoglobin alpha. Masing-masing orang mendapatkan 2  gen dari masing-masing orang tuanya. Jika seseorang mewarisi:
  • Satu gen termutasi: seseorang akan menjadi carrier dan menurunkannya ke anaknya. Saat menjadi carrier, seseorang tidak akan memiliki tanda dan gejala thalasemia.
  • Dua gen termutasi: kondisi ini disebut juga thalasemia alpha minor. Tanda dan gejala yang dirasakan ringan.
  • Tiga gen termutasi: kondisi ini disebut juga penyakit hemoglobin H.  Tanda dan gejala yang dirasakan sedang sampai berat.
  • Empat gen termutasi: kondisi ini disebut juga thalasemia alpha major atau hydrops fetalis. Penyakit ini biasanya mengakibatkan janin meninggal sebelum atau sesaat setelah dilahirkan.

Thalasemia beta
Terdapat 2 gen yang terlibat dalam pembentukan rantai hemoglobin beta. Masing-masing orang mendapatkan 1 gen dari masing-masing orang tuanya. Jika seseorang mewariskan:
  • Satu gen termutasi: Kondisi ini disebut juga thalasemia beta minor. Tanda dan gejala yang dirasakan ringan.
  • Dua gen termutasi: Kondisi ini disebut juga thalasemia beta major, atau disebut juga anemia Cooley. Tanda dan gejala yang dirasakan sedang sampai berat. Bayi yang lahir dengan 2 gen hemoglobin beta yang termutasi biasanya sehat saat lahir dan memunculkan gejala pada 2 tahun pertama kehidupan. Bentuk yang lebih ringan dari thalasemia beta major disebut juga thalasemia beta intermedia.
Faktor risiko thalasemia antara lain riwayat keluarga dengan thalasemia dan etnik tertentu (Italian, Yunani, Timur Tengah, Asian, dan African)

PENGOBATAN

Penatalaksanaan untuk thalasemia mayor adalah transfusi darah secara teratur dan suplemen folat. Saat seseorang menerima transfusi darah, sebaiknya ia tidak mengonsumsi suplemen zat besi, karena hal tersebut akan meningkatkan jumlah zat besi di dalam tubuh dan merusak jantung hati, dan sistem endokrin. Oleh karena itu, biasanya orang yang  menjalani transfusi darah akan menerima terapi chelation untuk mengeluarkan kelebihan zat besi di dalam tubuh. Transplantasi sumsum tulang dapat membantu mengobati penyakit thalasemia, terutama pada anak-anak.
Karena thalasemia merupakan penyakit yang diturunkan oleh orang tua kepada anaknya, maka thalasemia sangat sulit untuk dicegah. Pencegahan paling efektif adalah dengan menghindari pernikahan pada penderita yang memilki risiko tinggi terhadap thalasemia. Jika salah seorang dari orang tua merupakan carrier thalasemia beta, maka ia akan menghasilkan anak yang 50% sehat dan 50% menjadi carrier thalasemia beta. Jika kedua orang tua merupakan carrier thalasemia beta, maka 25% anaknya akan memiliki penyakit thalasemia beta, 50% menjadi carrier thalasemia beta, dan hanya 25% yang sehat.

Pengertian NSID Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID ( Non Steroidal Anti-in...

Pengertian NSID
Obat antiinflamasi (anti radang) non steroid, atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (Non Steroidal Anti-inflammatory Drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antiinflamasi (anti radang). Istilah "non steroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid, yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.

Mekanisme kerja NSID
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenase-1) dan COX-2 (cyclooxygenase-2). Enzim cyclooxygenase ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan molekul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang). 
NSAID dibagi lagi menjadi beberapa golongan, yaitu golongan salisilat (diantaranya aspirin/asam asetilsalisilat, metil salisilat, magnesium salisilat, salisil salisilat, dan salisilamid), golongan asam arilalkanoat (diantaranya diklofenak, indometasin, proglumetasin, dan oksametasin), golongan profen/asam 2-arilpropionat (diantaranya ibuprofen, alminoprofen, fenbufen, indoprofen, naproxen, dan ketorolac), golongan asam fenamat/asam N-arilantranilat (diantaranya asam mefenamat, asam flufenamat, dan asam tolfenamat), golongan turunan pirazolidin (diantaranya fenilbutazon, ampiron, metamizol, dan fenazon), golongan oksikam (diantaranya piroksikam, dan meloksikam), golongan penghambat COX-2 (celecoxib, lumiracoxib), golongan sulfonanilida (nimesulide), serta golongan lain (licofelone dan asam lemak omega 3).
Parasetamol (asetaminofen) seringkali dikelompokkan sebagai NSAID, walaupun sebenarnya parasetamol tidak tergolong jenis obat-obatan ini, dan juga tidak pula memiliki khasiat anti nyeri yang nyata.
Penggunaan NSAID yaitu untuk penanganan kondisi akut dan kronis dimana terdapat kehadiran rasa nyeri dan radang. Walaupun demikian berbagai penelitian sedang dilakukan untuk mengetahui kemungkinan obat-obatan ini dapat digunakan untuk penanganan penyakit lainnya seperti colorectal cancer, dan penyakit kardiovaskular.
Secara umum, NSAID diindikasikan untuk merawat gejala penyakit berikut: rheumatoid arthritis, osteoarthritis, encok akut, nyeri haid, migrain dan sakit kepala, nyeri setelah operasi, nyeri ringan hingga sedang pada luka jaringan, demam, ileus, dan renal colic.
Sebagian besar NSAID adalah asam lemah, dengan pKa 3-5, diserap baik pada lambung dan usus halus. NSAID juga terikat dengan baik pada protein plasma (lebih dari 95%), pada umumnya dengan albumin. Hal ini menyebabkan volume distribusinya bergantung pada volume plasma. NSAID termetabolisme di hati oleh proses oksidasi dan konjugasi sehingga menjadi zat metabolit yang tidak aktif, dan dikeluarkan melalui urin atau cairan empedu.
NSAID merupakan golongan obat yang relatif aman, namun ada 2 macam efek samping utama yang ditimbulkannya, yaitu efek samping pada saluran pencernaan (mual, muntah, diare, pendarahan lambung, dan dispepsia) serta efek samping pada ginjal (penahanan garam dan cairan, dan hipertensi). Efek samping ini tergantung pada dosis yang digunakan.
Obat ini tidak disarankan untuk digunakan oleh wanita hamil, terutama pada trimester ketiga. Namun parasetamol dianggap aman digunakan oleh wanita hamil namun harus diminum sesuai aturan karena dosis tinggi dapat menyebabkan keracunan hati. 


Gejala Pneumothorax Spontan Primer, cenderung terjadi terhadap orang muda yang memiliki masalah paru - paru yang mendasar. Biasanya ny...

Gejala

Pneumothorax Spontan Primer, cenderung terjadi terhadap orang muda yang memiliki masalah paru - paru yang mendasar. Biasanya nyeri dada dan sesak napas.
Pneumothorax Spontan Sekunder, terjadi pada mereka yang memiliki penyakit paru - paru mendasari. Gejalanya lebih parah dibandingkan Pneumothorax Spontan Primer.Paru - paru yang terkena tidak dapat menghilangkan fungsi dari sisi yang terkena. Biasanya gejalanya adalah Hipoksemia (penurunan kadar oksigen dalam darah) dapat diamati sebagai sianosis atau warna biru pada kulit dan bibir. Lalu, Hiperkapnia (akumulasi karbondioksida dalam darah) juga merupakan gejal Pneumothorax Spontan Sekunder. Kadang - kadang dapat menyebabkan penderita koma.
Pneumothorax Traumatik, terjadi akibat lubang di dada seperti luka tusuk. Dapat memungkinkan udara masuk ke ruang pleura atau cedera paru - paru.
Pneumothorax Tension didefinisikan berdasarkan sumber yang berbeda, dapat terjadi pada mereka yang menerima ventilasi mekanik. Ditandai dengan pernapasan yang cepat, sianosis, hipotensi dan kebingungan atau kepanikan. Sisi yang terkena akan menunjukkan gerakan menurun dan gerakan peningkatan di sisi lain.
Biasanya gejala yang lazim ditemukan adalah napas terdengar seperti suara yang diredam, jika dada dipukul terdengar bernada tinggi, resonansi vokal dan fremitus taktil (memeriksa konduksi suara dengan paru - paru) bisa berkurang.
 
Penyebab
Pneumothorax dibagi menjadi dua, yaitu Pneumothorax trauma dan Pneumothorax spontan.
1. Penyebab pneumothorax spontan :
Pneumothorax spontan dibagi menjadi dua jenis, yaitu primary (terjadi tanpa adanya penyakit paru - paru yang diketahui) dan sekunder (terjadi pada seseorang dengan penyakit paru - paru yang mendasari).
Penyebab pasti pneumothorax primer belum diketahui, tapi faktor risiko yang dibuat meliputi seks, merokok, dan riwayat keluarga penderita pneumothorax.
Penyebab pneumothorax sekunder biasanya terjadi akibat dari penyakit paru - paru, namun yang lebih lazim penyebabnya adalah penyakit paru - paru obstruktif kronik.
Pada anak - anak penyebab tambahan berupa campak, enchinococcosis, inhalasi benda asing, dan khususnya marfomasi kongenital (kelainan bawaan).
Gangguan genetik langka (Birt-Hogg-Dube Syndrom) dapat menyebabkan pneumothorax spontan terhadap keluarga.
2. Pneumothorax Trauma
Disebabkan karena luka tembus atau berlubang pada dinding dada. Juga terjadi pada mereka yang mendapatkan ledakan eksplosif bahkan jika tidak ada cedera pada paru - paru dan pneumothorax resultan.
 
Pengobatan
Pada pneumothorax spontan, perjalanan udara tidak dianjurkan sampai benar - benar diselesaikan.
Pada pneumothorax traumatik, tabung dada biasanya dimasukkan (Kecuali iatrogenik).
Pada pneumothorax tension, pengobatan biasanya dengan dekompresi jarum mendesak. Setiap luka pada dada yang terbuka, harus ditutupi dengan segel Asherman (perangkat yang dirancang khusus yang melekat pada dinding dada yang memungkinkan udara untuk melarikan diri tetapi tidak masuk ke dada melalui mekanisme katup).
Pengobatan juga dapat dilakukan seperti :
 1. Konservasi
 2. Aspirasi
Dalam pneumothorax spontan primer, mengurangi ukuran dengan aspirasi sama efektifnya dengan penyisipan tabung dada. Dengan cara melibatkan pemberian anastesi lokal dan memasukkan jarum terhubung ke keran tiga arah, hinga sekitar 2,5 liter udara (untuk orang dewasa) dihapus. Jika ada penurunan secara signifikan, pengobatan lebih lanjut dengan X-ray, dan sisa pengobatan dapat terjadi secara konservatif.
 3. Tabung dada
Sebuah selang dada adalah pengobatan awal yang paling definitif dari pneumothorax. Biasanya dimasukkan kedalam suatu daerah dibawa aksila (ketiak) yang disebut 'segitiga aman', dimana kerusakan organ internal dapat dihindari. Anastesi lokal harus diterapkan. Dua jenis tabung dapat digunakan. Pada pneumothorax spontan, tabung kecil dimasukkan oleh teknik Seldinger. Sedangkan pada pneumothorax traumatik, tabung yang lebih besarlah yang digunakan.
Jika setelah 2-4 hari ada kebocoran, Tekanan hisap negatif (pada tekanan rendah-10 sampai -20 CMH2 O) mungkin dicoba terutama pada pneumothorax spontan primer. Sedangkan pada pneumothorax spontan sekunder, bantuan pada ahli Bedah-lah yang mungkin diperlukan.
 
Pencegahan
Hasil terbaik, dengan tingkat kekambuhan kurang dari 1%, yang dicapai dengan torakotomi (pembukaan bedah dada) dengan identifikasi dari setiap kebocoran udara jelas dan stapel dari blebs, diikuti oleh pleurectomy (stripping lapisan pleura) dari luar lapisan pleura dan abrasi pleura (Scraping dari pleura) dari lapisan dalam. Selama proses penyembuhan, paru-paru melekat pada dinding dada, efektif melenyapkan ruang pleura. Torakotomi selalu dilakukan di bawah anestesi umum. 

Sebuah pendekatan yang kurang invasif thorascocopic, biasanya dalam bentuk prosedur yang disebut video bantu operasi thoracoscopic. Hal ini juga melibatkan anestesi umum tetapi paru-paru didekati melalui sejumlah sayatan kecil antara tulang rusuk. Hasil dari tong berbasis abrasi pleura yang sedikit lebih buruk daripada yang dicapai oleh torakotomi adalah guratan kulit yang kurang sedap dipandang. Tong dapat juga digunakan untuk mencapai pleurodesis kimia; ini melibatkan suntikan dari bedak, yang mengaktifkan reaksi jaringan parut yang mungkin juga menempel di paru-paru ke dinding dada.
Tidak semua orang mungkin siap untuk menjalani operasi. Jika tabung dada sudah di tempat, berbagai agen dapat ditanamkan melalui tabung untuk mencapai pleurodesis, khususnya bedak dan antibiotik tetrasiklin. Hasil dari ini cenderung lebih buruk dibandingkan dari pendekatan bedah. Talk pleurodesis memiliki beberapa konsekuensi jangka panjang pada orang muda.
Sejarah
Pneumothorax diakui pertama kali pada tahun 1803 oleh mahasiswa Jean Marc Gaspard Itard dan Rene Laennec, Laennec sendirilah yang menjelaskan gambaran klinis tentang pneumothorax pada tahun 1819. Konsep pneumothorax spontan primer diperkenalkan kembali oleh Dr. Hans K. asal Denmark pada tahun 1932.
Sebelum munculnya obat anti-TB, pneumothorax iatrogenik sengaja diberikan kepada pasien TB. Cara ini dikenal dengan 'istirahat paru - paru' dan diperkenalkan oleh ahli bedah Italia, Carlo Forlanini di tahun 1888 serta dipublikasikan oleh ahli bedah Amerika, John Benjamin Murphy, pada awal abad 20 setelah menemukan prosedur yang sama secara independen. Murphy sendiri kemudian menemukan teknologi sinar-X untuk menciptakan pneumothorax dengan ukuran yang benar.
 

PENGERTIAN FISIOTERAPI FISIOTERAPI adalah bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengemba...

PENGERTIAN FISIOTERAPI

FISIOTERAPI adalah bentuk pelayanan Kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan ( fisik, elektroterapeutis dan mekanis ), pelatihan fungsi, komunikasi.
FISIOTERAPIS adalah seseorang yang telah lulus pendidikan formal fisioterapi dan kepadanya diberikan kewenangan tertulis untuk melakukan tindakan fisioterapi atas dasar keilmuan dan kompetensi yang dimilikinya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
ILMU FISIOTERAPI adalah sintesa ilmu biofisika, kesehatan, dan ilmu-ilmu lain yang mempunyai hubungan dengan upaya fisioterapi pada dimensi promosi, pencegahan, intervensi, dan pemulihan gangguan gerak dan fungsi serta penggunaan sumber fisis untuk penyembuhan seperti misalnya latihan, tehnik manipulasi, dingin, panas serta modalitas elektroterapeutik.

fisioterapi dan stroke

FISIOTERAPI & STROKE
Saat ini stroke merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kecacatan.
Fisioterapi mempunyai peran utama dalam Rehabilitasi orang – orang yang menderita stroke, yakni membantu mereka untuk mengembalikan fungsi fisik seoptimal mungkin.

APA ITU STROKE
Otak di suplai oleh beberapa pembuluh darah utama. Pembuluh darah ini menjadi tersumbat atau pendarahan, mengakibatkan area jaringan otk menjadi rusak. Bentuk inilah yang di namakan stroke.

PROBLEM YANG TERJADI AKIBAT ADANYA STROKE
Berbagai permasalahan dapat terjadi tergantung pada bagian otak mana yang terkena, dan seberapa beratnya area yang rusak. Beberapa masalah yang umum yang timbul adalah :
Berkurangnya kontrol gerakan dan atau hilangnya rasa beberapa bagian anggota tubuh.
Kesulitan berjalan
Gangguan keseimbangan
Mempunyai masalah penglihatan
Mempunyai masalah berbicara dan atau mengerti pembicaraan
Kebingungan, memori yang jelek
Gangguan / kesulitan menelan
Menurunnya kemampuan kontrol emosi

FAKTOR UTAMA TERJADINYA STROKE
Satu atau beberapa faktor berikut meningkatkan resiko stroke :
• Tekanan darah yang tinggi
• Pengerasan atau pendangkalan pembuluh darah arteri, hal ini terjadi melalui periode waktu yang cukup panjang akibat dari timbunan lemak
• Penyakit jantung
• Stres
• Perokok
• Kelebihan berat badan

TANDA PERINGATAN
Kadang – kadang satu atau beberapa masalah diatas timbul akibat adanya stroke mungkin terjadi dalam periode waktu yang pendek. Ini disebut TIA (Transient Ischemik Attact), bila hal ini terjadi Anda harus segera berkonsultasi ke dokter.

MENGURANGI RESIKO STROKE
Check up medis secara teratur
Minum obat teratur sesuai anjuran dokter
Menghentikan merokok
Diet yang seimbang
Latihan / olah raga secara teratur
Berat badan yang ideal

BAGAIMANA FISIOTERAPI DAPAT MEMBANTU

Bagaimana fisioterapi memberikan memberikan latihan
Sebelum memulai fisioterapi akan melakukan assessmen mengenai kesulitan gerak yang diakibatkan oleh kondisi stroke. Dengan re¬eduation yang didasarkan pola gerak nomal fisioterapi akan melatih aktifitas fungsionalnya seperti berjalan dan menggunakan sisi yang mengalami kelemahan. Fisioterapi akan menggunakan berbagi metode atau tehnik latihan.
A. latihan ke berdiri dari posisi duduk.
B. Latihan berjalan
C. Latihan lengan

INTERVENSI AWAL
Penangana oleh fisioterapi seawall mungkin sangat penting untuk membantu proses pemulihan stroke. Terkadang proses pemulihan akibat stroke terjadi dalam waktu tiga bulan pertama ssetealah stroke, perbaikan fungsional akan berjalan terus sampai beerapa tahun. Pemberian program fisioterapi yang berkelanjutan akan memaksimalkan level pencapian pemulihan.

KEADAAN UMUM
Kebanyakan orang orang yeng terkena stroke akan mengawali penatalaksanaan di rumah sakit, selanjutnya akan datang secara rawat jalan, atau mengundang fisioterapi untuk melakukan program latihan di rumah.

Pengertian Kultur Darah Kultur darah adalah tes untuk mendeteksi kuman seperti bakteri atau jamur dalam darah. Kebanyakan kultur darah un...

Pengertian Kultur Darah
Kultur darah adalah tes untuk mendeteksi kuman seperti bakteri atau jamur dalam darah. Kebanyakan kultur darah untuk memeriksa bakteri yang ada di dalamnya. Ketika seseorang memiliki gejala infeksi – seperti demam menggigil – dan dokter mencurigai kuman telah menyebar ke dalam darah, maka dengan kultur darah dapat menentukan jenis kuman yang menyebabkan infeksi.
Untuk melakukan kultur darah, dokter akan mengambil sampel darah dan mengirimkannya ke laboratorium untuk dilakukan pengujian. Hasilnya baru dapat diketahui dalam beberapa hari. Jika seorang anak sakit parah, dokter mungkin akan memulai perawatan sebelum mendapatkan hasil lengkap kultur darah, pengobatan dilakukan berdasarkan penyebab infeksi yang paling mungkin. Pengobatan ini pun dapat diubah menjadi pengobatan untuk mikroba yang sesuai dengan yang ditemukan pada kultur dan sensitivitas antibiotik dari bakteri atau jamur telah ditentukan.

Kenapa dilakukan kultur darah?
Selama perjalanan penyakit, beberapa bakteri dan jamur penyebab infeksi dapat menyerang aliran darah dan menyebar ke bagian lain dari tubuh, jauh dari lokasi infeksi aslinya. Kehadiran mereka dalam darah biasanya berarti bahwa seorang memiliki infeksi serius. Infeksi tersebut biasanya menyebabkan detak jantung lebih cepat, demam tinggi, dan peningkatan jumlah sel darah putih.
Tujuan kultur darah adalah untuk mengungkapkan sejumlah infeksi atau adanya masalah, seperti endokarditis, masalah berat dan berpotensi mengancam nyawa yang terjadi ketika bakteri dalam aliran darah ke katup jantung.
Kultur darah mungkin juga mendeteksi organisme penyebab infeksi lain seperti osteomyelitis, infeksi tulang sering disebabkan oleh Staphylococcus aureus, dan selulitis, suatu infeksi kulit yang melibatkan jaringan tepat di bawah permukaan kulit.
Bagaimana proses mengambil kultur darah?
Idealnya kulit harus dicuci dengan sabun dan dibilas dengan air steril yang diikuti pemberian cairan yodium berbasis solusi. Kemudian dicuci dengan larutan alkohol 70% dan dikeringkan sekitar 30 detik.
Setiap usaha untuk menggunakan teknik aseptik harus dilakukan, misalnya Betadine dan / atau alkohol semprot dan sarung tangan. Beberapa studi menunjukkan tingkat kontaminasi mungkin tergantung pada jenis larutan antiseptik digunakan.
Sterilisasi kulit harus dilakukan dengan hati-hati karena penting untuk mencegah kontaminasi dari darah yang sedang ditarik. Dengan begini dapt membunuh bakteri yang mungkin berada di permukaan kulit sehingga mereka tidak muncul dalam kultur darah dan mengganggu identifikasi kuman penyebab infeksi.

Kontaminan yang paling sering seperti Staphylococcus epidermidis, Corynebacterium spp, Propionibacterium spp dan Bacillus spp. (tapi bukan B. anthracis.
Kadang-kadang terlihat seperti banyak darah diambil untuk dilakukan kultur, tetapi penting bahwa darah cukup untuk mendapatkan hasil yang akurat. Darah yang diambil mungkin kurang dari satu sendok teh (5 mL) pada bayi dan 1-2 sendok teh (5-10 mL) pada anak-anak yang lebih tua. Jumlah darah yang diambil sangat kecil dibandingkan dengan jumlah darah dalam tubuh, dan itu akan diperbaharui dalam waktu 24-48 jam.
Setelah kultur darah yang diambil, harus diberi label dan dikirim ke laboratorium tanpa penundaan. Kultur dasar diinkubasi selama 14 hari dan blind culture dilakukan setelah 3, 7 dan 14 hari atau segera setelah ada tanda-tanda pertumbuhan (misalnya kekeruhan, hemolisis, koloni di lereng agar dalam wadah. Cara pemeriksaan kultur darah dengan mencari hasil positif, dilakukan minimal dua kali sehari saat menggunakan sistem manual.
Sistem otomatis telah tersedia, salah satu contohnya adalah BacT/Alert Blood Culture System di mana pertumbuhan positif melepaskan CO2 yang dideteksi oleh sensor yang memberitahu staf laboratorium (wadah ditempatkan dalam lemari khusus dan terkait dengan barcode pasien).
Jika dideteksi adanya pertumbuhan, wadah dilakukan subkultur dan stain Gram. Dari sini, sensitivitas yang relevan dapat ditentukan. Dalam beberapa kasus organisme dapat diidentifikasi dalam hitungan jam untuk mendeteksi hasil yang positif dengan menggunakan tes pewarnaan Gram dan tes lebih lanjut.
Pemeriksaan lebih lanjut yang mungkin dilakukan langsung pada biakan darah untuk mempercepat identifikasi seperti pengelompokan streptokokus, tes koagulasi, tes antigen untuk pneumococcus dan meningococcus, dll. Metode modern seperti Vitek telah membantu dalam mempercepat identifikasi organisme dan dapat dilakukan langsung dari wadah kaldu.
Para ahli mikrobiologi kemudian akan meninjau hasil dan menginformasikan staf yang terlibat dalam perawatan pasien. Dengan demikian, pasien akan memulai terapi sementara dan ini akan dikonfirmasi setelah sensitivitasnya dikenali. Biasanya, jika harus ada pertumbuhan, umumnya hanya ada satu organisme, namun sangat jarang, mungkin ada lebih dari satu organisme dan laboratorium akan melakukan tes kepekaan dan tes lanjutan untuk semuanya.